Rabu, 29 Desember 2010

Sunan KaliJogo

by: Arjuna_Fakhrudin


Sunan Kalijogo lahir sekitar tahun 1450 Masehi. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Pada waktu muda Sunan Kalijogo bernama Raden Said, Syekh Malaya, Lokajaya, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban.
Sedangkan ayahnya Arya Wilwatikta, menurut Babad Tuban,adalah putra Arya Teja. Disebutkan pula bahwa Arya Teja bukanlah seorang pribumi jawa. Ia berasal dari kalangan masyarakat Arab dan merupakan seorang ulama. Ia berhasil mengislamkan Raja tuban, Arya Dikara, dan memperoleh seorang putrinya. Dengan jalan ini ia akhirnya berhasil menjadi kepala negeri Tuban, menggunkan kedudukan mertuanya. Akan tetapi Babad Tuban tidak menjelaskan mengenai Asal – Usul Arya Wilwatikta, ayahanda Sunan Kalijogo.

Menurut Solicin bahwa membicarakan tentang Wali Sanga berarti
membicarakan mengenai Islam di tanah Jawa. Oleh karena Wali Sangalah yang mempelopori dakwah Islam di bumi Jawa. Wali Sanga dianggap sebagai tokoh-tokoh sejarah kharismatik yang membumikan Islam di tanah Jawa yang sebelumnya berkembang bersama tradisi Hindu-Budha (Purwadi, 2003:33) Kata wali berasal dari bahasa Arab itu artinya dekat atau kerabat, atu teman. Dalam Al-Qur’an istilah ini disebutkan dalam surat Yunus : 62 dan Al-Baqarah : 257. Menurut Efendy (dalam Purwadi, 2003 : 39) kata “wali” menurut istilah, ialah sebutan bagi orang-orang Islam yang dianggap keramat, mereka adalah penyebar agama Islam. Mereka dianggap manusia suci kekasih Allah, orang-orang yang sangat dekat dengan Allah, yang dikaruniai tenaga ghaib, mempunyai kekuatan-kekuatan batin yang sangat berlebih, mempunyai ilmu yang sangat tinggi, sakti berjaya-kejiwaan. Menurut Hadiwiyono, kata sanga menurut pendapat Mohammad Adnan adalah perubahan dari kata sana yang berasal dari kata Arab “tsana” berarti sama dengan mahmud yang terpuji. Jadi Wali Sana artinya wali-wali terpuji. Pendapat Raden Tanoyo (pengarang kitab Wali Sanga). Hanya saja Tanoyo mengartikan sana bukan hanya terpuji tetapi tempat (Purwadi, 2003:39).

Di antara Wali Sanga itu adalah merea Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Dradjad, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, serta Sunan Gunung Jati. Mereka tidak hidup pada saat yang persis bersamaan. Namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, bila tidak dalam ikatan darah juga dalam hubungan guru-murid (Rahimsah,2002 : 5).
Masing-masing tokoh tersebut mempunyai peran yang unik dalam penyebaran Islam. Mulai dari Maulana Malik Ibrahim yang menempatkan diri sebagai “tabib” bagi kerajaan Hindu Majapahit; Sunan Giri yang disebut para kolonialis sebaagai “paus dari Timur” hingga Sunan Kalijaga yang mencipta karya kesenian dengan menggunakan nuansa yang dapat dipahami masyarakat Jawa yakni Hindu dan Budha (Purwadi, 2003: 73).

Tokoh wali yang sangat banyak mengandung misteri adalah Sunan Kalijaga. Ia salah seorang wali yang mulus berdarah Jawa. Bapaknya bernama Ari Teja, perdana Menteri Majapahit pada masa Bhre Kertabumi Brawijaya V, yang juga menjabat adipaati di Tuban dengan gelar Ki Tumenggung
Wilwatika. Sebagai penyeru agama, Sunan Kalijaga termasyur ke mana-mana. Ia seorang mubalig keliling yang daerah operasinya sangat luas. Pengikutnya tidak terbatas pada satu dua golongan saja. Banyak kaum bangsawan serta kaum cendikiawan yang tertarik kepada tablignya, karena dalam berdakwah ia amat pandai menyesuaikan diri dengan keadaan. Ia berusha mengawinkan adat istiadat Jawa dengan kebudayan Islam, dan menjadikannya media untuk meluaskan syiar Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar